DEFINITION OF CURRICULUM
- Harold B. Albertycs memandang kurikulum sebagai "all of the activities that are provided for students by the school.”
(semua kegiatan yang disediakan untuk siswa oleh sekolah). kurikulum
tidak terbatas pada mata pelajaran, akan tetapi juga meliputi
kegiatan-kegiatan lain, di dalam dan luar kelas, yang berada di bawah
tanggung jawab sekolah. Definisi melihat manfaat kegiatan dan pengalaman
siswa di luar mata pelajaran tradisional.
- B. Othael Smith, W.O. Stanley dan J. Harlan Shores memandang kurikulum sebagai "a
sequence of potential experience set up in the school for the purpose
of disciplioning children and youth in group ways of thinking and
acting". (urutan pengalaman potensi yang didirikan di sekolah untuk
tujuan mendisiplinkan anak dan remaja dengan cara kelompok berpikir dan
bertindak ). Mereka melihat kurikulum sebagai sejumlah pengalaman yang
secara potensial dapat diberikan kepada anak dan pemuda, agar mereka dapat berpikir dan berbuat sesuai dengan masyarakatnya.
- Alice Miel juga menganut pendirian yang luas
mengenai kurikulum. Ia mengemuukakan bahwa kurikulum juga meliputi
keadaan gedung, suasana sekolah, keinginan, keyakinan, pengetahuan dan
sikap orang-orang melayani dan dilayani sekolah, yakni anak didik,
masyarakat, para pendidik dan personalia (termasuk penjaga sekolah,
pegawai administrasi dan orang lainnya yang ada hubungannya dengan
murid-murid). Jadi kurikulum meliputi segala pengalaman dan pengaruh
yang bercorak pendidikan yang diperoleh anak di sekolah. Definisi Miel
tentang kurikulum sangat luas yang mencakup yang meliputi bukan hanya
pengetahuan, kecakapan, kebiasaan-kebiasaan, sikap, apresiasi, cita-cita
serta norma-norma, melainkan juga pribadi guru, kepala sekolah serta
seluruh pegawai sekolah.
- John Dewey (1902, hlm. 5) dalam bukunya 'The Child and The
Curriculum' mengartikan istilah kurikulum sebagai “pembelajaran di
sekolah dengan mengambil pelajaran dari masa lampau hingga masa kini'
John Dewey menggunakan istilah kurikulum dan hubungannya dengan anak
didik. Dewey menegaskan bahwa kurikulum dan anak didik merupakan dua hal
yang berbeda tetapi kedua-duanya adalah proses tunggal dalam bidang
pendidikan. Kurikulum merupakan suatu rekonstruksi berkelanjutan yang
memaparkan pengalaman belajar anak didik melalui suatu susunan
pengetahuan yang terorganisir dengan baik yang biasanya disebut
kurikulum.
- Mauritz Johnson (1967) Menurut Johnson, kurikulum merupakan
seperangkat tujuan belajar yang terstruktur. Jadi, kurikulum berkenaan
dengan tujuan dan bukan dengan kegiatan. Berdasarkan rumusan kurikulum
tersebut, pengalaman belajar anak menjadi bagian dari pengajaran.
Menurut Johnson, pengalaman hanya akan muncul apabila terjadi interaksi
antara siswa dengan lingkungannya. Semua yang berkenaan dengan
perencanaan dan pelaksanaan, seperti perencanaan isi, kegiatan
belajarmengajar, evaluasi, termasuk pengajaran. Interaksi seperti itu
bukan kurikulum, tetapi pengajaran. Kurikulum hanya menggambarkan atau
mengantisipasi hasil dari pengajaran. Johnson membedakan dengan tegas
antara kurikulum dengan pengajaran, kurikulum hanya berkenaan dengan
hasil-hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh siswa.
Jika ditinjau dari uraian para ahli diatas,maka secara umum
mereka mempunyai persamaan dalam pandangan tentang kurikulum itu
sendiri.mereka menganggap bahwa
- Kurikulum adalah sebagai Program atau Rencana Belajar yang
terkonsep dan terstruktur,Pandangan ini berkembang sebagai respon
terhadap pemanfaatan kurikulum sebagai konsep pembelajaran.
- konsep kurikulum dimanfaatkan sebagai pengalaman belajar.
- konsep kurikulum sebagai pengalaman dianggap beberapa ahli sebagai
konsep yang luas, Hal ini karena segala bentuk perilaku siswa merupakan
hasil dari pengalaman yang tidak mungkin dapat dikontrol guru,sehingga
makna kurikulum menjadi kabur dan tidak fungsional.
- Dalam konsep kurikulum sebagai rencana, kurikulum dinyatakan sebagai
perencanaan yang berisi tentang petunjuk belajar serta hasil yang
diharapkan
No comments:
Post a Comment